Boiler Boiler berfungsi untuk mengubah air(feedwater) menjadi
uap panas lanjut (superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar
turbin.
Turbin uap Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi
panas yang dikandung oleh uap menjadi energiputar (energi mekanik). Poros
turbin dikopel dengan poros generator sehingga ketika turbinberputar generator
juga ikut berputar.
Kondensor Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap
bekas dari turbin (uap yang telah digunakan untuk memutar turbin).
•Generator Generator berfungsi untuk
mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
Komponen Penunjang PLTU
Desalination
Plant (Unit Desal)
Peralatan ini berfungsi
untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
denganmetode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yangkorosif, sehingga jika air laut tersebut
dibiarkan langsung masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.
Reverse
Osmosis (RO) Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination
plant namun metode yang digunakan berbeda.Pada peralatan ini digunakan membran semi
permeable yang dapat menyaring garam-garam yangterkandung pada air laut,
sehingga dapat dihasilkan air tawar seperti pada desalination plant.
Demineralizer
Plant (Unit Demin)
Berfungsi untuk
menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkadung dalam air tawar. Air sebagaifluida
kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih mengandung mineral
berartikonduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat menyebabkan terjadinya GGL
induksi pada saat air tersebut melewati jalur perpipaan di dalam PLTU. Hal ini
dapat menimbulkan korosi pada peralatan PLTU.
Hidrogen Plant (Unit
Hidrogen) Pada PLTU digunakan hydrogen (H2)
sebagai pendingin Generator.
Chlorination Plant (Unit
Chlorin) Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium
hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk memabukkan/melemahkan/mematikan
sementara mikro organisme laut pada area water intake.Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan (scaling) pada
pipa-pipa kondensor maupun unit desal akibat perkembangbiakan mikro organisme
laut tersebut.
Auxiliary Boiler (Boiler
Bantu) Pada umumnya merupakan boiler berbahan
bakar minyak (fuel oil), yang berfungsi untukmenghasilkan uap (steam)
yang digunakan pada saat boiler utama start up maupun sebagai uapbantu (auxiliary
steam).
Coal
Handling (Unit
Pelayanan Batubara) Merupakan unityang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar
muat kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke coalyard sampai
penyaluran ke coal bunker.
Ash
Handling (Unit
Pelayanan Abu) Merupakan
unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun
abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan
SDCC (Submerged Drag Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat
penampungan abu (ash valley/ash yard)
Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang
dilengkapi dengan sistem-sistem dan alat bantu yang mendukung kerja komponen
tersebut. Gangguan atau malfunction dari salah satu bagian komponen
utama akan dapat menyebabkan terganggunya seluruh sistem PLTU.
Gambar 1.1 Skema PLTU
|
Keunggulan PLTU
Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
jenis pembangkit listrik lainnya:
1. Dapat dioperasikan menggunakan berbagai jenis
bahan bakar (padat, cair dan gas).
2. Dapat dibangun dengan kapasitas yang bervariasi
3. Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan
4. Kontinyuitas operasinya tinggi
5. Usia pakai (life time) relatif lama
Kelemahan PLTU
1. Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar
2. Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasokan
listrik dari luar
3. Memerlukan tersedianya air pendingin yang
sangat banyak dan kontinyu
4. Investasi awalnya mahal
5. Menghasilkan polusi udara yaitu gas sisa hasil
pembakaran bahan bakar (gas CO2, NOX, SOX dan debu batu bara)
Masalah Operasi PLTU
Untuk
men-start PLTU dari keadaan dingin sampai operasi dengan beban penuh,
dibutuhkan waktu antara 6-8 jam. Jika PLTU yang telah beroperasi dihentikan,
tetapi uapnya dijaga agar tetap panas dalam drum ketel dengan cara tetap
menyalakan api secukupnya untuk menjaga suhu dan tekanan uap ada di sekitar
nilai operasi (yaitu sekitar 5000 C
dan sekitar 100 kg/cm 2) maka untuk mengoperasikannya kembali sampai beban
penuh diperlukan waktu kira-kira 1 jam. Waktu yang lama untuk mengoperasikan
PLTU tersebut di atas terutama diperlukan untuk menghasilkan uap dalam jumlah
yang cukup untuk operasi (biasanya dinyatakan dalam ton per jam). Selain waktu
yang diperlukan untuk menghasilkan uap, yang cukup untuk operasi, juga perlu
diperhatikan masalah pemuaian bagian-bagian turbin. Sebelum di-start,
suhu turbin adalah sama dengan suhu ruangan. Pada waktu start,
dialirkan uap dengan suhu sekitar 500 0C. Hal ini harus dilakukan secara
bertahap agar jangan sampai terjadi pemuaian yang berlebihan dan tidak merata.
Pemuaian yang berlebihan dapat menimbulkan tegangan mekanis (mechanical
stress) yang berlebihan, sedangkan pemuaian yang tidak merata dapat
menyebabkan bagian yang bergerak (berputar) bergesekan dengan bagian yang diam,
misalnya antara. ,sudu-sudu jalan turbin dengan sudu-sudu tetap yang menempel
pada rumah turbin.
Apabila
turbin sedang berbeban penuh kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan pemutus
tenaga, (PMT) generator yang digerakkan turbin trip, maka turbin
kehilangan beban secara mendadak. Hal ini menyebabkan putaran turbin akan naik
secara mendadak dan apabila hal ini tidak dihentikan, maka akan merusak
bagian-bagian yang berputar pada turbin maupun pada generator, seperti:
bantalan, sudu jalan turbin, dan kumparan arus searah yang ada pada rotor
generator. Untuk mencegah hal ini, aliran uap ke turbin harus dihentikan, yaitu
dengan cara menutup katup uap turbin. Pemberhentian aliran uap ke turbin dengan
menutup katup uap turbin secara mendadak menyebabkan uap mengumpul dalam drum
ketel sehingga tekanan uap dalam drum ketel naik dengan cepat dan akhirnya
menyebabkan katup pengaman pada drum membuka dan uap dibuang ke udara. Bisa
juga sebagian dari uap di by pass ke kondensor. Dengan cara by pass ini
tidak terlalu banyak uap yang hilang sehingga sewaktu turbin akan dioperasikan
kembali banyak waktu dapat dihemat untuk start. Tetapi sistem by pass memerlukan
biaya investasi tambahan karena kondensor harus tahan suhu tinggi dan tekanan
tinggi dari by pass.
Dari uraian di
atas tampak bahwa perubahan beban secara mendadak memerlukan pula langkah
pengurangan produksi uap secara mendadak agar tidak terlalu banyak uap yang
harus dibuang ke udara. Langkah pengurangan fluksi dilakukan dengan mematikan
nyala api dalam ruang bakar ketel dan mengurangi pengisian air ketel ini bahwa
walaupun nyala api dalam ruang bakar padam, masih cukup banyak panas yang
tinggal dalam ruang bakar untuk menghasilkan uap sehingga pompa pengisi ketel
harus tetap mengisi air ke dalam ketel untuk mencegah penurunan level air dalam
drum yang tidak dikehendaki. Mengingat masalah-masalah tersebut di atas yang
menyangkut masalah proses produksi uap dan masalah-masalah pemuaian yang
terjadi dalam turbin, sebaiknya PLTU tidak dioperasikan dengan persentase
perubahan-perubahan beban yang besar.
Efisiensi
PLTU banyak dipengaruhi ukuran PLTU, karena ukuran PLTU menentukan ekonomis
tidaknya penggunaan pemanas ulang dan pemanas awal. Efisiensi thermis dari
PLTU berkisar pada angka 35-38%.